Jumat, 22 April 2011

Teori Marxis dalam Hubungan Internasional


Stephen Hobden dan Richard Wyn Jones

Marxisme dalam Hubungan Internasional

Yang pertama kali menafsirkan pemikiran Marx dalam lingkup internasional adalah Lenin dengan karyanya, Imperialisme, The Highest Stage of Capitalism. Lenin menyebutkan bahwa negara-negara dapat memainkan peran sebagai kelas-kelas. Ia membagi negara-negara ke dalam core yang terdiri dari negara-negara kapitalis (dianalogikan dengan kelas borjuis dalam masyarakat) dan periphery yang terdiri dari negara-negara berkembang (kelas proletar). Lenin berargumen bahwa kapitalisme telah memasuki tahap tertinggi dan terakhir seiring dengan berkembangnya monopoli kapitalisme serta munculnya konsep core dan periphery. Dengan berkembangnya konsep core dan periphery ini, tak ada lagi keselarasan kepentingan (harmony of interests) di antara seluruh pekerja. Jadi, menurut Lenin, pembagian struktural antara core dan periphery menentukan sifat hubungan di antara kaum borjuis dan proletar di setiap negara. Dengan penganalogian ini, aspek internasional mulai masuk ke dalam pemikiran Marxis.
Marxisme dalam Hubungan Internasional mengemuka pada tahun 70-an dalam bentuk neo-Marxisme yang didorong oleh pengalaman-pengalaman empiris di Amerika Latin. ECLA menyelidiki keterbelakangan yang terjadi di Amerika Latin dan ketergantungan negara-negara di kawasan tersebut kepada Amerika Utara. Teori yang menjelaskan hal ini kemudian disebut sebagai teori dependencia yang menyatakan bahwa terdapat ketergantungan negara-negara periphery terhadap core. Teori ini berargumen bahwa ekonomi negara-negara Dunia Ketiga dikondisikan dan disubordinasikan terhadap pembangunan ekonomi, ekspansi, dan kontraksi kemajuan ekonomi negara-negara kapitalis.
ECLA mengkritisi teori-teori liberalis mengenai perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi harus dipacu sampai besar terlebih dahulu sebelum pemerataan. Teori ini dikenal sebagai Trickle Down theory. Namun, teori ini tidak terbukti karena pada kenyataannya kemakmuran ekonomi tidak memercik kepada kaum miskin, melainkan tetap terkonsentrasi di kalangan berekonomi kuat.

Pengantar: Berlanjutnya Relevansi Marxisme

Berakhirnya Perang Dingin, runtuhnya Partai Komunis di Rusia dan Eropa Timur, serta menyebarnya kapitalisme menyebabkan komunisme dianggap tidak lagi relevan dan hanya tinggal sejarah. Akan tetapi, ada dua hal yang membuat Marxisme tetap eksis sebagai sebuah pemikiran, bahkan mengalami kebangkitan kembali atau renaissance, yaitu: (1) perpecahan Blok Timur dan runtuhnya Uni Soviet, yang memungkinkan berkembang kembalinya gagasan-gagasan Marx yang terlepas dari  paham Leninisme (Marxisme-Leninisme) yang berbeda baik dalam hal konsep maupun praktiknya (konsep ‘vanguard party’, ‘democratic centralism’, dan ‘command economy’ tidak ada dalam pemikiran asli Marx), (2) teori sosial Marx masih menyediakan analisis yang penting mengenai dunia yang kita huni, yaitu analisis mengenai kapitalisme sebagai metode produksi atau mode of production.
Berikut adalah istilah-istilah dalam Marxisme:
  • Kapitalisme: metode produksi kapitalis. Dalam analisis Marxis, metode ini mencakup sekumpulan hubungan sosial yang bersifat spesifik dalam periode sejarah tertentu yang juga bersifat spesifik. Bagi Marx, terdapat tiga karakteristik utama kapitalisme, yaitu: (1) dalam kapitalisme, segala sesuatu memiliki harga masing-masing, termasuk waktu bekerja seseorang, (2) semua kebutuhan produksi (pabrik, bahan mentah) dikuasai atau dimiliki oleh satu kelas, yaitu kelas kapitalis, dan (3) untuk dapat bertahan, para buruh harus menjual tenaga kerja mereka kepada kelas kapitalis, dan karena kelas kapitalis mengontrol sumber daya dan hubungan produksi, mereka juga mengendalikan keuntungan yang dihasilkan dari tenaga kerja para buruh tersebut.
  • Sumber daya atau kekuatan produksi: elemen-elemen yang dikombinasikan dalam proses produksi, mencakup tenaga kerja, peralatan, dan teknologi yang tersedia selama periode sejarah tertentu.
  • Hubungan produksi: Hubungan produksi menghubungkan dan mengatur sumber daya (means of production) dalam proses produksi. Hubungan produksi mencakup hubungan teknis dan institusional dalam proses produksi, serta struktur yang lebih luas yang mengatur sumber daya produksi dan produk akhir proses tersebut. Kepemilikan pribadi dan upah tenaga kerja adalah dua elemen kunci dalam hubungan produksi masyarakat kapitalis.
Salah satu kekuatan Marx adalah analisisnya mengenai krisis. Penjelasan ortodoks mengenai kapitalisme menyatakan bahwa pasar bebas akan bergerak menuju ekuilibrium dan bersifat stabil. Sebaliknya, Marx berpendapat bahwa di dalam kapitalisme terdapat bawaan guncangan dan kesadaran manusia yang mengancam. Selain analisisnya mengenai kapitalisme, elemen lain dalam pemikiran Marxis, yaitu kepercayaan bahwa kapitalisme akan digantikan oleh sosialisme merupakan analisis Marx yang terbukti prematur.
Jika dibandingkan dengan realisme dan liberalisme, pemikiran Marxis menyediakan pandangan yang kurang familiar mengenai hubungan internasional. Teori Marxis bertujuan untuk menyingkap kebenaran mendasar yang tersembunyi dalam politik dunia. Lebih jauh lagi, kaum Marxis berargumen bahwa upaya untuk memahami politik dunia harus didasarkan pada pemahaman yang lebih luas mengenai proses yang berlangsung dalam kapitalisme global. Mereka berargumen bahwa kapitalisme global bertujuan untuk mempertahankan kemakmuran kaum yang berkuasa di atas penderitaan kaum miskin yang tidak memiliki kekuasaan.

Elemen-Elemen Esensial dalam Teori Marxis mengenai Politik Dunia

Warisan pemikiran Marx telah ditafsirkan dalam berbagai cara yang seringkali bertentangan satu sama lain. Beberapa aliran yang dipengaruhi oleh pemikiran Marx, baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain world-system theory, Gramnscianisme, critical theory, dan Neo-Marxisme. Kesemua teori tersebut berbagi pandangan Marx bahwa dunia sosial harus dianalisis sebagai sebuah totalitas. Elemen kunci lain yang memusatkan perhatian pada saling keterhubungan dan konteks adalah konsep materialis mengenai sejarah. Argumen ini menyatakan bahwa perubahan historis merupakan refleksi dari perkembangan ekonomi masyarakat. Perkembangan ekonomi merupakan penggerak sejarah yang efektif. Dinamika pusat yang diidentifikasi oleh Marx adalah ketegangan antara sumber daya produksi (means of production) dan hubungan produksi (relations of productions) yang membentuk basis atau dasar ekonomi (economic base) dalam masyarakat tertentu. Institusi-institusi legal, politis, dan kultural merupakan refleksi dari pola kekuasaan dan kontrol dalam bidang ekonomi.
Kelas memainkan peran penting dalam analisis Marxis. Pemikiran Marxis berpandangan bahwa masyarakat secara sistematis rawan terhadap konflik kelas. Lebih jauh lagi, Marx berpendapat bahwa seluruh sejarah masyarakat merupakan sejarah perjuangan kelas. Dalam masyarakat kapitalis, konflik terjadi antara kelas borjuis (kapitalis) dan proletar (buruh). Hal yang penting untuk diingat adalah elemen-elemen esensial yang telah disebutkan di atas masih berada dalam perdebatan dalam hal penafsiran dan pelaksanaannya.

World-System Theory

Asal mula
World-system theory bermula dari upaya sistematik pertama untuk menerapkan pemikiran Marx dalam lingkup internasional. Teori ini mengkritik imperialisme yang dikemukakan oleh para pemikir seperti Hobson, Luksemburg, Bukharin, Hilferding, dan Lenin pada awal abad ke-20. Karya yang paling berpengaruh dalam perdebatan ini adalah pamflet yang ditulis oleh Lenin yang berjudul Imperialism, the Highest Stage of Capitalism. Lenin berargumen bahwa kapitalisme telah memasuki tahap tertinggi dan terakhir seiring dengan berkembangnya monopoli kapitalisme serta munculnya konsep core dan periphery. Dengan berkembangnya konsep core dan periphery ini, tak ada lagi keselarasan kepentingan di antara seluruh pekerja. Jadi, menurut Lenin, pembagian struktural antara core dan periphery menentukan sifat hubungan di antara kaum borjuis dan proletar di setiap negara.
Terdapat dua elemen penting dalam pendekatan world-system mengenai politik dunia, yaitu: (1) politik domestik dan internasional bertempat dalam kerangka ekonomi dunia kapitalis dan (2) negara bukan satu-satunya aktor penting dalam politik dunia. Kelas sosial juga memainkan peran yang signifikan. Lebih jauh lagi, tempat negara dan kelas-kelas dalam struktur ekonomi dunia kapitalis membatasi perilaku mereka dan menentukan pola-pola interaksi dan dominasi di antara mereka.
Raul Prebisch berargumen bahwa negara-negara dalam periphery menjadi semakin miskin relatif terhadap negara-negara dalam wilayah core. Pemikiran ini dikembangkan lebih lanjut oleh Andre Gunder Frank dan Henrique Fernando Cardoso.


Elemen Kunci dari Wallerstein’s  World-System Theory
Immanuel Wallerstein merupakan tokoh world-system theory yang terpenting. Bentuk organisasi sosial yang dominan menurut Wallerstein adalah world-system, yang terbagi ke dalam dua tipe, yaitu world-empire dan world economy. Perbedaan mendasar di antara keduanya adalah pembuatan keputusan mengenai distribusi sumber daya. Dalam world-empire, sistem politik yang terpusat menggunakan kekuasaannya untuk mendistribusikan sumber daya dari daerah periphery ke daerah core/inti. Dalam world-economy, hal itu dilakukan melalui pasar sebagai media dengan  banyak pusat kekuasaan yang bersaing satu sama lain.
World-system yang modern adalah salah satu contoh dari world-economy. Sistem tersebut merupakan sistem kapitalis. Wallerstein mendefinisikan kapitalisme sebagai ‘sistem produksi yang menjual produk di sebuah pasar untuk mendapatkan keuntungan dan appropriation. Ia berargumen bahwa sistem itu sendiri memiliki awal, pertengahan, dan akhir. Wallerstein menambahkan satu zone ekonomi yang dinamakan semi-periphery. Menurutnya, zona tersebut memiliki peran pertengahan dalam world-system yang menampilkan karakteristik inti dan periphery tertentu.
Menurut para teoris world-system, ketiga zona tersebut berhubungan satu sama lain dalam hubungan yang menjadikan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Ketiga zona tersebut membentuk dimensi spasial dalam world-economy. Untuk memahami dinamika interaksi di antara ketiganya, kita harus memusatkan perhatian pada dimensi temporal dari penggambaran Wallerstein mengenai world-economy, yaitu ritme siklis, kecenderungan sekular, kontradiksi, dan krisis. Ritme siklis berkaitan dengan kecenderungan dunia kapitalis untuk menjalani periode ekspansi dan kontraksi yang berulang. Kecenderungan sekular mengacu pada pertumbuhan atau kontraksi jangka panjang  dalam world-economy. Salah satu kontradiksi yang dihadapi oleh kapitalisme adalah krisis underconsumption. Untuk memaksimalkan keuntungan, kaum kapitalis menekan upah buruh sedemikian rupa hingga mereka tidak lagi dapat membeli hasil produksi. Hal ini akan menimbulkan krisis underconsumption. Bagi Wallerstein, krisis dalam world-system tertentu menandai akhir sistem itu dan penggantiannya dengan sistem lain. Ia berargumen bahwa world-system modern pada saar ini tengah mengalami krisis.

Perkembangan Mutakhir dalam World-System Theory
World-system theory telah menjadi sub-bidang kaji dalam teori Marxis dan Hubungan Internasional. Christopher Chase-Dunn lebih menekankan peran sistem antarnegara daripada Wallerstein. Sementara itu, Frank dan Gills berpendapat bahwa world-system theory merupakan hasil dari world-system yang jauh lebih tua, yang didasarkan pada Timur Tengah.




Gramscianisme

Antonio Gramsci
Gramsci mempertanyakan mengapa revolusi di Eropa Barat sulit untuk dilakukan. Jawabannya mengenai pertanyaan ini berkisar di seputar konsep hegemoni. Hegemoni adalah istilah dalam hubungan internasional yang menggambarkan negara yang paling berkuasa atau yang paling dominan dalam sistem internasional. Menurut Gramsci, sistem kapitalis Eropa dipertahankan tidak hanya melalui koersi, namun juga melalui persetujuan atau consent  yang diciptakan oleh hegemon. Menurut Gramsci, ideologi yang dominan telah ‘mengendap’ dalam masyarakat sehingga dianggap sebagai common sense. Proses ini bertempat dalam masyarakat sipil, yaitu jaringan institusi dan praktik dalam masyarakat yang menikmati sejumlah otonomi dari negara di mana kelompok dan individu mengekspresikan diri mereka pada satu sama lain dan pada negara. Dengan analisisnya ini, Gramsci menempatkan superstruktur pada posisi yang penting. Ia menggunakan istilah historical bloc untuk menggambarkan hubungan yang saling menguatkan dan berbalasan di antara hubungan sosial-ekonomi (base) dan praktik-praktik politik-kultural (superstructure). Masyarakat dapat diubah hanya bila posisi hegemon tersebut diganti.

Robert Cox—Analisis mengenai ‘World Order’
Sebuah kalimat terkenal dari Robert Cox berbunyi: “Teori selalu ditujukan untuk seseorang dan suatu tujuan”. Dengan kata lain, pengetahuan tidak pernah menjadi objektif dan abadi seperti yang diklaim oleh kaum realis. Robert Cox menyediakan kritik bagi realisme dan neo-realisme. Menurutnya, realisme dan neo-realisme ditujukan untuk melayani kepentingan elit-elit yang berkuasa dan bertujuan untuk melegitimasi status quo. Cox membedakan antara problem solving theory yang menerima parameter dari order yang telah ada dan critical theory yang berupaya untuk menentang order yang ada dengan cara mencari, menganalisis, dan mendukung proses sosial yang dapat mengarah pada perubahan emansipatoris.
Cox menerapkan konsep hegemoni Gramsci ke dalam lingkup internasional dengan berargumen bahwa hegemoni adalah sesuatu yang penting untuk mempertahankan stabilitas dan keberlangsungan seperti halnya dalam level domestik. Dalam analisis Cox mengenai dua hegemon (AS dan Inggris), gagasan hegemonik yang mereka gunakan adalah perdagangan bebas. Cox mempertahankan pandangan Marxis bahwa kapitalisme adalah sistem yang secara bawaan tidak stabil dan memiliki kontradiksi-kontradiksi yang tidak dapat dihindari.

Critical Theory
Jika Gramsci memusatkan perhatian pada ekonomi politik internasional, critical theory memusatkan perhatian pada masyarakat internasional dan keamanan internasional.  Tokoh critical theory dalam hubungan internasional antara lain Andrew Linklater. Critical theory berkembang dari karya Frankfurt School. Tokoh-tokoh generasi pertama critical theory antara lain Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse. Teori ini dikembangkan lebih lanjut oleh Jurgen Habermas.
Pusat perhatian critical theory, dalam istilah Marxisme klasik, nyaris seluruhnya bersifat superstruktural. Para pemikir Frankfurt School berargumen bahwa kaum buruh telah terserap ke dalam sistem dan tidak lagi merupakan ancaman bagi sistem tersebut. Kontribusi critical theory yang paling besar adalah konsep mereka mengenai emansipasi. Menurut para tokoh critical theory generasi pertama, emansipasi berarti rekonsiliasi dengan alam. Generasi selanjutnya, terutama Habermas, menekankan proses dialog dan komunikasi dalam proses emansipasi. Menurut Habermas, partisipasi tidak boleh dibatasi oleh batasan negara berdaulat tertentu. Ia juga menyatakan bahwa Menurut Andrew Linklater, emansipasi dalam hubungan internasional berarti semakin terkikisnya signifikansi etis dan moral negara. Menurutnya, Uni Eropa merupakan contoh pemerintahan post-Westphalian. Elemen yang penting dalam metode critical theory dinamakan immanent critique.

Neo-Marxisme

(Bill Warren-Imperialisme dan bangkitnya kapitalisme Dunia Ketiga)
Dalam bukunya, Commnunist Manifesto, Marx memandang kapitalisme sebagai tahapan penting dalam perkembangan manusia. Menurut Lenin, imperialisme menandai fase di mana kapitalisme tidak lagi memainkan fungsi progresif, melainkan merupakan tahapan tertinggi dari kapitalisme. Pandangan ini disangkal oleh Bill Warren. Menurutnya, imperialisme bukan merupakan tahap tertinggi dari kapitalisme, melainkan awal atau perintisnya. Lebih jauh lagi, Warren berargumen bahwa kolonialisme telah meningkatkan kesejahteraan material di seluruh dunia yang mencakup perawatan kesehatan, pendidikan, dan akses terhadap barang-barang konsumsi yang lebih baik. Oleh karena itu, Warren berpendapat bahwa kita tidak boleh bersikap anti-kapitalisme. Imperialisme harus dilihat sebagai awal menyebarluasnya kapitalisme ke seluruh dunia yang mengarah pada dunia kapitalis global.

Justin Rosenberg-Kapitalisme dan hubungan sosial global
Fokus dari analisis Rosenberg adalah karakter sistem internasional dan hubungannya dengan hubungan-hubungan sosial yang terus berubah. Rosenberg menyediakan kritik terhadap realisme. Ia mengajukan teori hubungan internasional alternatif yang sensitif terhadap perubahan dalam politik dunia. Menurut Rosenberg, kedaulatan dan anarki dapat dipahami melalui metode Marxisme. Kedaulatan mencerminkan cara di mana negara menjadi terpisah dari proses produksi di bawah kapitalisme, dengan perannya yang menjadi semakin politis. Ia juga menyimpulkan bahwa anarki merupakan kondisi dalam hubungan kapitalis dan bukan bawaan dalam hubungan internasional. Pemikiran Warren merupakan tantangan terhadap teori dependensi dan world-system theory.


Teori Marxis dalam Hubungan Internasional dan Globalisasi
Globalisasi adalah proses di mana transaksi sosial mengenai berbagai jenis hal semakin meningkat tanpa hubungan dengan batas-batas negara. Globalisasi  ditandai oleh semakin menyatunya perekonomian nasional, kesadaran global mengenai saling ketergantungan ekologis, membludaknya jumlah perusahaan, gerakan-gerakan sosial, dan para pelaku antarpemerintah yang beroperasi dalam skala global, serta revolusi komunikasi yang membantu perkembangan kesadaran global.  Menurut teori Marxis, dunia telah lama didominasi oleh satu perekonomian tunggal dan kesatuan politik, yaitu sistem kapitalis global.  Jadi, kaum Marxis tidak menganggap globalisasi sebagai sesuatu yang baru, melainkan sebagai kecenderungan jangka panjang dari perkembangan kapitalisme.  Lebih jauh lagi, globalisasi sering dijadikan alat ideologis untuk membenarkan pengurangan hak-hak dan prinsip kesejahteraan para buruh.

Strukturalisme

Jill Steans dan Lyoyd Pettiford
Strukturalisme memiliki arti penting dalam teori hubungan internasional karena (1) kaum strukturalis menyuarakan keadilan, terutama bagi orang-orang yang tinggal di negara berkembang, (2) strukturalisme menyediakan kritik yang penting terhadap realisme dan liberalisme, yaitu dengan menekankan sifat konfliktual perekonomian global dan hubungan struktural berupa dominasi dan ketergantungan (bukan anarki dalam sistem negara atau kompleks interdependensi), dan (3) strukturalisme menyoroti hubungan di antara politik dan ekonomi.
Kaum strukturalis memandang kelas sosial sebagai aktor kunci dalam tatanan kapitalis. Istilah strukturalisme digunakan untuk menyebut suatu gagasan bahwa bagian individual hanya dapat dipahami dalam hubungannya dengan keseluruhan sistem atau struktur dari hubungan yang telah tertata.
Strukturalisme memiliki banyak nama dan sering juga disebut Marxisme struktural, Marxisme scientific, atau Neo-Marxisme. Label lain bagi strukturalisme antara lain teori ketergantungan, world-system theory, model core-periphery, dan radikalisme. Prinsip-prinsip utama strukturalisme antara lain: (1) sifat hubungan internasional dibentuk oleh struktur perekonomian dunia kapitalis atau sistem dunia kapitalis, (2) politik internasional dibentuk dan ditentukan oleh faktor-faktor ekonomi, (3) aktor-aktor utama adalah negara, MNCs, dan kelas-kelas transnasional, (4) negara mencerminkan kepentingan dominan dari kelas-kelas daripada ‘kepentingan nasional’, (5) secara mendasar, kapitalisme adalah tatanan sosial dan ekonomi yang tidak adil, yang menimbulkan konflik dan ketidakharmonisan, dan (6) kapitalisme dicirikan oleh kontradiksi-kontradiksi internal dan akan menghadapi krisis periodik.



Asal Mula
Karl Marx sangat berpengaruh dalam strukturalisme. Pemikiran Marx telah ditafsirkan dalam berbagai cara sehingga menghasilkan variasi dalam strukturalisme, antara lain teori ketergantungan (dependency theory) dan world-system theory.

Asumsi-Asumsi
Sifat dasar manusia tidak tetap dan tidak esensial.  Sifat dasar manusia dikondisikan oleh bentuk organisasi sosial, ekonomi, dan politik. Subek-subjek dapat dikelompokkan ke dalam kumpulan-kumpulan yang dapat diidentifikasi, yang selanjutnya dikatakan memiliki kepentingan yang konkrit.
Strukturalisme sebagai ilmu pengetahuan berbeda dan terpisah dari sistem kepercayaan atau ideologi.
Kaum strukturalis tidak menarik batas yang jelas antara nasional dan internasional. Sistem negara ditentukan oleh sistem kapitalis internasional, atau saling menentukan satu sama lain.
Negara dan power
Dalam perspektif strukturalis, negara mencerminkan kepentingan kelas sosial yang dominan. Meskipun terdapat pandangan bahwa negara menikmati sejumlah otonomi tertentu, negara tidak pernah bisa terlepas seluruhnya dari sistem kapitalis global.  Kaum strukturalis juga menekankan peran organisasi-organisasi internasional seperti Bank Dunia, IMF, MNCs, dan sebagainya sebagai bagian dari sistem kapitalis global. Power menurut kaum strukturalis mencakup ketidaksetaraan hubungan kelas kapitalis dan hubungan core-periphery.  Power juga mencakup persuasi dan pengaruh dan dapat dilaksanakan melalui ideologi dan manipulasi.
Institusi dan Tatanan Dunia
Dari perspektif strukturalisme, kapitalisme modern telah berkembang menjadi sistem global. Kaum strukturalis memandang sistem kapitalis sebagai sistem yang terstruktur baik secara vertikal (core-periphery) maupun horisontal (contoh: elit di core dan elit di periphery).
Teori ketergantungan berargumen bahwa perekonomian di Asia, Afrika, dan Amerika Latin terletak dalam area periphery yang tergantung pada sistem kapitalis negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara. Kaum strukturalis berargumen bahwa sistem  kapitalis dipertahankan melalui serangkaian ideologi atau sistem kepercayaan yang digunakan untuk melegitimasi tatanan dunia saat ini. Mereka juga berargumen bahwa institusi-institusi besar seperti PBB, Bank Dunia, IMF, dan blok-blok seperti NAFTA didominasi oleh kelompok-kelompok elit dari negara-negara hegemonik. World-System Theory memberikan dukungan pada tuntutan akan tatanan ekonomi dunia yang baru atau New International Economic Order (NIEO).
Identitas dan Komunitas
Identitas utama yang menjadi aktor kunci dalam pemikiran strukturalis adalah kelas sosial. Meskipun demikian, post-Marxisme yang berkembang pada sekitar tahun 60 hingga 79-an juga mulai mengakui identitas rasial dan gender. Mereka memandang identitas lain, seperti nasionalisme, religi, sebagai kesadaran mengenai identitas yang salah.

Konflik dan Kekerasan
Bagi strukturalis, konflik berhubungan erat dengan kekuatan-kekuatan kapitalisme global. Konflik  bukan merupakan bawaan dalam sistem negara seperti yang dikatakan realis, melainkan terdapat karena munculnya sistem kapitalis. John Galtung dikenal atas karyanya mengenai kekerasan struktural. Seseorang dapat menderita secara fisik maupun psikologis jika dijauhkan dari keamanan ekonomi dan sosial. Kaum struktural memandang kapitalis internasional sebagai pengatur atau pengelola konflik yang merupakan bawaan dari sistem kapitalis.
Perdamaian dan Keamanan
Analisis strukturalis berpendapat bahwa pola organisasi ekonomi yang ada pada saan ini menimbulkan ketegangan dan kontradiksi yang sering berujung pada konflik langsung.
Kritik
Strukturalisme sering dikritik atas sifat teorinya yang deterministik, dalam hal ini posisi seseorang dalam struktur menentukan perilakutruktur menentukan perilakunya. Yang kedua, strukturalisme dianggap tidak memiliki skema untuk mengubah sistem kapitalisme internasional yang dengan tajam dikritiknya. Lebih jauh lagi, Strukturalisme dikritik karena sifatnya yang reduksionis.

Stephen Hobden dan Richard Wyn Jones
World-System Theory
Teori ini berasal dari pemikiran Marxis dengan kritik yang menyatakan bahwa imperialisme memainkan peranan penting. Analisis Lenin mengenai imperialisme menyatakan bahwa ekonomi dunia telah terbagi ke dalam daerah core dan periphery , dan bahwa kapitalis di daerah inti menggunakan keuntungan yang didapat dari daerah periphery untuk memuaskan kaum buruh di daerah mereka. Teori Lenin mengenai imperialisme berpengaruh pada masa tahun 1917 hingga 1939 ketika depresi yang hebat melanda dan diperkirakan sebagai akhir dari kapitalisme. Di era pasca Perang Dunia II, teori Hubungan Internasional yang berakar dari pemikiran Marxis kurang dianggap penting, terutama di Amerika Serikat.
Sistem dunia yang modern telah berlangsung secara relatif stabil sejak abad ke-16. batasannya telah meluas, namun pembagian spasial ke dalam core, semi-periphery, dan periphery masih berlanjut. Stabilitas ini berkaitan dengan dua hal, yaitu munculnya sistem negara-negara dan keberadaan geokultur yang dihasilkan oleh sistem dunia yang modern dan didominasi oleh dua ideologi kembar: liberalisme dan scientificisme.
Meskipun terlihat stabil. Wallerstein mengklaim bahwa world-system modern memasuki periode krisis akhir. Krisis ini dapat dihasilkan melalui kombinasi dari faktor-faktor ekonomi, politik, dan geokultural. Ia menyatakan bahwa penggantian sistem dunia adalah sesuatu yang tidak terhindarkan. Tindakan individu dapat menentukan bentuk apakah yang akan menggantikan world-system yang ada saat ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar